Site Network: Home | perjalanan | komputer | About

HOT TOPIC

Sampah organik- berbeda dengan sampah anorganik. Ia adalah material sisa keluaran makhluk hidup ( meliputi manusia, tumbuhan, hewan) dan akan membusuk dan menimbulkan bau - bila lebih 24 jam tanpa oksigen- dan selanjutnya akan menjadi media bagi berkembangnya mikroba pathogen atau bibit penyakit. Mengatasi sampah organik- sumber penyakit ini- adalah dengan merobah gaya hidup masyarakat dari memandang sampah sebagai 'material sisa' - yang harus dibuang, menjadi sesuatu material sumber daya ekonomi baru. Gaya hidup baru itu adalah dengan mulai melakukan 'Pilah sampah, Olah Menjadi Kompos'.

Mengurangi (Reduce), menggunakan kembali (Reuse) dan mendaur ulang ( Recycle) sampah atau konsep 3 R - akan ikut menyelamatkan kehidupan manusia dari kemungkinan semua hamparan bumi tertutup aneka sampah- hingga, tak ada lagi areal untuk menanam pohon dan bahan pangan. Karenanya, menyajikan teknologi pengolahan sampah - yang bisa diterima dan terjangkau ( affordable) oleh masyarakat, menjadi penting.

Membuat kompos dimasa dulu hanya urusan petani agar memiliki pupuk bagi tanaman dan kebunnya. Hingga, adalah bukan persoalan manakala dibuat di bedeng ( open widrows), terbuka dan menyebarkan bau. Juga bukan masalah tenaga kerja ketika adonan sampah bau tersebut memerlukan pembalikan dengan cangkul dan sekop serta waktu sampai jadi kompos- berlangsung bisa 1 bulan hingga 2 bulan. Di lahan pertanian, teknik konvensional itu masih dapat diterima masyarakat sekitar atau, karena bedeng bisa dibuat di lokasi jauh dari pemukiman. Namun, sebaliknya,bayangkan jika itu dilakukan di kota dengan areal tanah makin sulit, masyarakatnya peka dan sensitif pada bau dan persepsi atau image orang kota yang memandang kuno kepada pembuatan kompos dalam mengelola sampah.

Kini, atas usaha beberapa alumni perguruanTinggi, disajikan paket teknologi Phoskko- yang telah mampu mendorong keluarga Indonesia mengelola sampah di rumah di perkotaan, atau merangsang usahawan kecil mengelola sampah di kantin pabrik dan komplek perumahan serta mendorong banyak lembaga mulai menerapkan teknologi Phoskko - sebagai jawaban atas kondisi selama ini - yakni kurangnya minat masyarakat mengelola sampah yang dihasilkannya sendiri.

Mengelola sampah dengan bantuan paket teknologi Phoskko, kini menjadi bagian dari agenda keluarga indonesia dan sekaligus peluang usaha bagi UMKM. Dengan teknologi Phoskko, sampah sebagai sumber masalah telah dirobah menjadi berkah dan anugerah bagi manusia. Dan, dengan itu pula, kini, membuat kompos bukan hanya urusan petani (*)
Paket Teknologi Phoskko disajikan kelompok pilihan yakni ( 1) komposter Individual bagi kalangan hobbies, rumah tangga serta (2) Rotary Kiln- alat pengolah sampah bagi tujuan bisnis komersial.

0 Comments:

Post a Comment