Site Network: Home | perjalanan | komputer | About

HOT TOPIC

Tenggorokan berasa lho keringnya kalau harus cuap-cuap tak berhenti. Satu kelas tigapuluh dua murid. kecil kecil anak SD, bisa dibayangkan ributnya. 'Nyanyian' jadi dobel, baik pelajaran maupun kalimat berintonasi tanda seru, biar arena terkendali. Pada jam ketiga biasanya mobil pembawa bento (makan siang) tiba, aroma terus bergerilya sampai kehidung-hidung kami. Tanpa kecuali.

Semua anak bersemangat, semangat ingin segera break makan siang. Ketika bento dibagi oleh petugas piket, semua bergembira. Celoteh "duh sedaap, tambah boleh ya nanti", pun terus berderai hingga hampir usai istirahat makan siang. Hati melayang kepada ananda-ananda pejuang tercinta di sekolah SD lain. Semoga kalian kuat sayang, do'a hati saya.

Semua murid dan guru sudah terbiasa dengan tidak pedulinya saya dengan menu sekolah. Yang mereka bingung sudah hari ke empat ini saya tidak makan siang. Teman seberang meja tak tahan kemudian bertanya "Bu, kok sudah beberapa hari ini tidak bawa bekal?"

Kemudian pak Saori langsung juga ikut bertanya "iya, sudah lama nih, saya pingin makan kerupuk udang yang sering ibu bawa".

Saya tersenyum, pak Saori dan bu Hirano memang yang paling dekat dengan saya. Saya membagi masakan ala Sunda pengganti buah dan sushi atau pun shashimi yang kadang mereka bawa untuk dibagi. Keduanya ramah dan sering membantu menunjukkan, sewaktu kertas atau buku yang saya tak tahu di laci mana letaknya. Cenderung bukan 'dimana' yang saya cari,terlebih kepada tulisan kanji yang belum nempel di kepala.

Dengan tak sabar pak Saori bertanya kembali "Ah ibu, pasti diet ya?!". Saya cukup berkernyit untuk menjawab, tapi hm... akhirnya hanya anggukan saja tanda setuju pada pertanyaan akhir pak Saori.

* * *

Pukul 3 pagi saya turun untuk menyiapkan sahur bagi keluarga. Bbrr... dingin sekali. Saya menuju dapur yang dingin. Sambil gemetar saya mulai menyalakan kompor menjerang air untuk sop. Membuat teh hangat dan memotong kue manis kecil yang sore tadi memang disisakan untuk sahur. Saya memasak sahur hanya secukupnya. Anak anak tidak terlalu bersemangat makan banyak. "Ngantuk", ujar mereka. Suami pun demikian hanya makan ala kadarnya, memenuhi sunah Nabi saja katanya. Ia belum terbiasa walau sudah tahun ke sembilan berpuasa, tetap tidak berselera makan di dini hari.

Saya sebagai penyemangat anak anak dan suami, terus mengunyah tak jera meminta mereka untuk menghabiskan hidangan di meja.

Puasa jatuh pada musim dingin, ada enaknya, sahur bisa berlama-lama. Pernah kami terlambat sahur hampir setengah lima. Tapi beruntung karena imsak jatuh setengah jam setelahnya. Semua dibangunkan, bergegas kami turun ke dapur, memakan seadanya, yang hangat hanya nasi. Alhamdulillah nikmat dan masih masuk waktu. Begitupun ketika waktu berbuka tiba, jam lima sore! Tapi memang langit di luar sudah hampir gelap. Jam enam, sudah gelap pekat.

Beduk maghrib dan azan hanya kami dengar lewat komputer. Murotal dan pujian atau penyegar rohani di waktu sahur, juga di komputer. Hal hal seperti ini yang begitu terasa lain, ada yang hilang, ada yang kurang, pokoknya rindu mendera. Teringat kampung halaman, Ibu, Ayah, kakak dan adik serta handai taulan. Seakan seluruh orang bergembira, hangat, indah menyentuh sanubari, sulit dilukiskan walau beruntai kalimat pun. Suasana itu tidak kami dapatkan di negeri sakura ini. Kebetulan buka puasa bersama di kota yang diadakan oleh perkumpulan Islam serumpun, amat jauh untuk kami tempuh.

Suasana yang lain ini, membuat seluruh tenaga dan pikiran dicurahkan. Untuk menyemangati anak-anak yang berpuasa sendirian di kelasnya. Saya dan suami selalu mencari ide, hadiah dan kasih sayang lebih. Membayangkan buah hati kami, akan berada di perpustakaan ketika makan siang tiba. Mereka tidak mengikuti dengan penuh olahraga berat; lari cepat atau lompat tali dan sebagainya. Padahal kami tahu si kecil suka sekali lompat tali. Dan tak ada satu pun yang sama seperti mereka di sekolah itu.

* * *

Di keluarga saya mengajak berpuasa tidak memaksa, hanya memberi contoh dan cerita, kepada si kecil hanya saya ceritakan betapa mudahnya menambah tabungan adek, mas, bunda dan otosan beli tiket ke surga. Sebab pahala di bulan Ramadhan bisa berpuluh puluh kali lipat. Suami yang memang percaya betul dengan makna puasa, kebanyakan segi logika yang ia pakai. Betapa mesin saja harus masuk bengkel, harus ganti onderdil, diistirahatkan. Apalagi tubuh manusia yang mempunyai banyak tugas dan fungsi. Betapa Allah memang Maha Mengetahui atas ciptaan-Nya. kebenaran ajaran Islam inilah yang membuat umat Muslim makin bertambah saja di negeri sakura ini.

Bayangkan, perkumpulan Mukmin Jepang di kota Fukuoka sudah ada tigapuluh dua keluarga Jepang Asli dan campur, maksud saya, ada yang beristri atau bersuami dari negri lain. Inipun belum disebar luas undangan bagi keluarga atau kerabat yang lain.

Namun jumlah itu sudah cukup menghibur. Hiburan dan penguat saya dan keluarga serta anak anak adalah yakin; Allah selalu membuatkan teman bagi kami, bagi kita di manapun berada. Itu Karunia yang indah yang amat saya syukuri.

* * *

Saya hela nafas panjang dan menutup dulu diary tahun lalu. Saya baca tadi untuk mengingatkan kembali. Apa yang indah, apa yang kurang terutama ibadah kami. Ah, tak terasa esok hari sudah akan tiba Ramadhan. Bulan penuh Rahmat yang ditunggu.

"Bunda, tadi pagi mas bilang sama bu guru, kalau besok akan
masuk bulan Ramadhan".

Si adek kecil ikut bicara, "iya bunda, adek juga sudah bilang, minta disiapkan ijin membaca di perpustakaan kalau makan siang tiba"

Dengan lancar mereka meneruskan cerita kalau Tanin Sensei atau guru wali kelas mas-nya, yang kini menjadi wali kelas adek, sudah belajar Islam sejak delapan bulan lalu.

Saya terpana, terpesona kepada mata mata bulat indah di depan saya. Mereka selalu menjawab jujur bersahaja apa adanya, "puasa to sholat wa Allah kara koo site nasai yuwaretta nno"! (Puasa dan Sholat adalah perintah Allah). MasyaAllah, itu yang membawa ibu wali kelas terus mencari ingin tahu.

Tahun ini mudah mudahan saudara Muslim di negeri matahari terbit bertambah satu, satu satu, terus bertambah. Saya berjanji dalam hati, saya akan katakan kepada semua orang kalau saya berpuasa!

Ini perintah Allah, bukan diam atau hanya mengangguk tak peduli. Aku tak sabar menanti. Ya Allah semoga Ramadhan bisa kujelang lagi.

Rose Firdauzi Nakamura
roses_fn@yahoo.com

0 Comments:

Post a Comment